BEKASI - Menjalankan fungsi sebagai Revenue Collector atau penghimpun penerimaan negara, Bea Cukai Bekasi berhasil mengumpulkan Rp 1,93
(satu koma sembilan tiga triliun rupiah) selama tahun anggaran 2022. Jumlah tersebut melampaui target yang diberikan.
"Penerimaan Pabean dan Cukai yang berhasil dikumpulkan tahun kemarin mencapai 108,23%. Untuk itu Saya ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua yang terlibat, termasuk kepada pengguna jasa yang berkontribusi menyumbang penerimaan negara. Prestasi tersebut bisa dimungkinkan jika kita bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja ikhlas." ujar Kepala Kantor Bea Cukai Bekasi, Yanti Sarmuhidayanti, Selasa (11/01/2023).
Yanti menjelaskan, penerimaan negara yang dikumpulkan terdiri dari Penerimaan Pabean, Penerimaan Cukai dan Pajak dalam rangka impor. Per 31 Desember 2022 realisasi penerimaan Bea Cukai Bekasi per jenis penerimaan melampaui target. Penerimaan Pabean mencapai Rp140,36 miliar dari target Rp122,56 miliar (114,53%). Penerimaan Cukai mencapai Rp 758,90 miliar dari target Rp708,31 miliar (107,14%). Sementara, Pajak dalam rangka impor yang berhasil dihimpun mencapai Rp1,039 triliun.
Berdasarkan data per 31 Desember 2022, Penerimaan Pabean terdiri dari Bea Masuk (Rp123,39 miliar), Denda Administrasi Pabean (Rp5,67 miliar), BM KITE (Rp25,48 miliar), BM TP (Rp0,68 miliar), dan BM Anti Dumping (Rp1,20 miliar).
Jika dirinci berdasarkan jenis dokumen penyelesaian, dokumen pabean BC 2.5 (Rp91,09 miliar) dan BC 2.8 (Rp48,28 miliar) masih menjadi penyumbang terbesar penerimaan negara. Jelas terlihat bahwa industri manufaktur turut berkontribusi dalam peningkatan penerimaan negara.
Sementara itu, Penerimaan Cukai didominasi oleh Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA) sebesar Rp686,15 miliar. Sedangkan Cukai Hasil Tembakau sebesar Rp44,20 miliar dan Cukai Etil Allkohol sebesar Rp29,39 miliar. Denda Administrasi Cukai dan Cukai lainnya sebesar Rp404,63 juta dan Rp77,13 juta.
"Di sisi piutang kinerja Bea Cukai Bekasi juga menggembirakan. Penyelesaian piutang lancar mencapai 100% sebesar Rp277,71 miliar. Outstanding piutang per 31 Desember
2022 sebesar Rp89,43 miliar," ujar Yanti.
Yanti menjelaskan, penerimaan negara yang dihimpun akan mendorong kinerja APBN, memperkuat pertumbuhan ekonomi Indonesia, mendukung neraca perdagangan, dan mendorong minat investasi sebagai penopang utama.
Tingginya penerimaan negara memperlihatkan pemulihan ekonomi yang terus terjaga, kontribusi
harga komoditas yang masih di level relatif tinggi serta dampak positif dari berbagai kebijakan pemerintah.
Meski begitu, Yanti berharap adanya penguatan koordinasi dalam mewaspadai perkembangan risiko global, di antaranya dengan menyiapkan
respons kebijakan termasuk di dalamnya peningkatan utilitas fasilitas Kepabeanan, Cukai dan Perpajakan. Red/bonik